entah kenapa gue seringkali risih saat mendengar alasan seseorang mengerjakan sesuatu karena mengejar pahala. apalagi kalau mendengar orang yang mengajak melakukan sesuatu sambil bilang,"....mayankan pahalanya." beuhhh....biasanya habis denger orang bilang seperti itu, mood gue langsung hilang :(
di bulan ramadan seperti sekarang, konon saat berbagai amal ibadah dilipatgandakan pahalanya, biasanya amat sangat sering banget deh mendengar orang-orang yang beribadah sambil menghitung-hitung pahala. bagi gue ini ironis...melakukan hal baik, atau bahkan melakukan kewajiban, tapi pamrih. rasanya kita seperti sedang berbisnis dengan Tuhan.
pada dasarnya, segala hal yang baik pastinya akan memberikan manfaat bagi yang melakukan. setidaknya melahirkan perasaan senang. ada pahala atau tidak, itu urusan yang di Atas, karena Ia punya rumusannya sendiri. dan sesungguhnya kita gak pernah tahu, apakah perbuatan kita memang mendatangkan pahala.
tapi alter ego gue nyeletuk,"lohh...bukannya kita harus ber-husnudzon sama YME?" Kalau emang begitu prakteknya, baiknya dilakukan dalam hati aja deh. gak usah diumbar, karena terdengar seperti orang yang riya. lagipula, trus kalau pahalanya cuma sedikiiittt....trus gak mau dikerjain?
"setidaknya iming-iming pahala kan memotivasi orang untuk berbuat baik." hhmmm....iming-iming pahala rasanya hanya cocok untuk memotivasi anak-anak yang sedang belajar beribadah & berbuat baik. harusnya sih kalau untuk orang dewasa, bentuknya sudah lebih pada kesadaran, bukan mencari hadiah. betulll?? :-) (tone: zainuddin mz)