biroelaut

don't it always seem to go, that you don't know what you got 'til it's gone...

JalanJalan


JejakLangkah


-- HOME --

Nama :
Web Url :
Komentar :


by:
doneeh.com

wThursday, July 14, 2016


Pertama kali naik Gojek

Lebaran hari pertama (5 Juli 2016). Beberapa kali mencoba pesan taksi untuk ke Rempoa, sulit sekali. Operator beberapa kali memberitahukan kalau penuh. Coba kontak si Rohen, ojek langganan, ternyata lagi banyak tamu di rumahnya. Ya iyalah, hari lebaran gitu lho!

Hari sudah gelap (pk.18.30), dan gue harus segera ke Rempoa untuk bantu2 menyiapkan kumpul keluarga esok hari.

Kebetulan Yuri telepon untuk menanyakan persiapan besok. Doi pun usul agar gue naek gojek aja. Dia yg pesanin dari Bogor. Hmmm....baiklah, berhubung gue ga punya opsi lain.

Ga lama, gojek datang. Biayanya Rp 12 ribu. Gue minta diantar ke halte TransJakarta di BNN, Cawang. Dan teteuuup ... naik bus TJ :-). Dari situ lanjut naik TJ hingga Blok M.

Untung jalanan masih lengang. Gak sampe 2 jam, udah tiba di rumah Rempoa.

Pelajaran yg gue petik hari ini, di saat-saat ga ada pilihan, bolehlah naik ojek/taksi aplikasi. Tapi ya itu....jangan sampai jenis kendaraan ini jadi pilihan utama...apalagi tulang punggung angkutan di kota. Karena itu akan mematikan kehidupan kota secara perlahan. Mematikan kebutuhan warga akan angkutan umum, yang berarti menambah kemacetan dan polusi di kota.




posted by mel at 10:53

wSunday, July 03, 2016


Begini kah rasanya takut kehilangan?

Tiba-tiba saya rindu salat berjamaah dengan Papa, mendengarkan ayat-ayat Al Qur'an yang biasa beliau lafalkan.
Tiba-tiba saya teringat perkataan beliau beberapa bulan lalu saat saya hendak kembali ke Jogja,"Ya pasti didoain. Isi doa papa kan kebanyakan untuk Melly aja."

Petang saat berbuka puasa, Nyokap beberapa kali menghimbau Bokap untuk ikut makan di meja makan. Tapi beliau ingin salat Magrib terlebih dahulu. Beberapa kali diintip ke dalam kamarnya, Ia sedang duduk di atas sajadah, membaca buku "Tuntunan Shalat". Tampaknya Ia sedang berusaha mengingat-ingat bacaan salat yang Ia lupa.

Hingga akhirnya adzan Isya berkumandang, beliau masih terpekur di atas sajadahnya membaca buku tersebut. Entah dibaca, entah dipandangi saja.

Beberapa saat kemudian, saya kembali masuk ke kamarnya. Kini tampak Ia sedang rebahan di lantai. Sepertinya putus asa dan urung untuk salat.

Saya pun menghampiri beliau,"Salatnya mau Melly tuntun aja? Nanti Melly bantu bacain di samping Papa." Ia pun bangun dan mengangguk. Air mukanya tampak sedikit lebih segar. Saya pun mengajak beliau ke kamar mandi untuk berwudhu. Saya mengawasi beliau mengambil wudhu, khawatir ada urutan yang beliau lupa.

Mumpung ada Yuri, saya pun menanyakan apakah dia mau menuntun Papa salat. Ia bersedia. Tapi berhubung sudah masuk waktu salat Isya, Yuri pun usul untuk salat berjamaah aja sekalian.

Akhirnya Papa pun keluar kamar, untuk salat berjamaah bersama Yuri. Ini pertama kalinya Papa menjadi makmum salat berjamaah di rumah. Biasanya beliau yang selalu menjadi imam. Sedih melihatnya.

Tiba-tiba saya tersadar, bahwa untuk seterusnya Papa tak akan lagi menjadi imam kami saat salat. Ia tak lagi ingat semua bacaan salat....ya sepertinya semuanya. Tak ada lagi doa-doa yang beliau lantunkan untuk saya, anak perempuan satu-satunya.

Tiba-tiba....untuk pertama kalinya, saya takut kehilangan beliau.



posted by mel at 02:58

This page is powered by Blogger. Why isn't yours?