biroelaut

don't it always seem to go, that you don't know what you got 'til it's gone...

JalanJalan


JejakLangkah


-- HOME --

Nama :
Web Url :
Komentar :


by:
doneeh.com

wSaturday, September 11, 2021


Pagi ini, sekitar jam 4 pagi, gue terbangun.

Tiba-tiba hal pertama yang melintas di benak,"Bagaimana kalau Mama dah lupa gue?" :( :( :(



posted by mel at 06:11

wFriday, September 10, 2021


Kira-kira 2 minggu y.l, gue beli bedak Marck's untuk Mama. Kudunya sih bedak Viva ya, sesuai kenangan gue masa kecil akan bedak yang ia pakai, tapi berhubung adanya Marck's ya sudah lah... wkwkwkk ...

Ya, gue kayak ingin mengembalikan ingatan gue akan Mama di masa lalu, yang senantiasa wangi tiap habis mandi. Makanya dalam setahun belakangan ini Mama gue beliin body lotion Nivea dan minyak wangi. Kemarin baru teringat, kalau Mama sudah lama wajahnya gak dikasih pupur alias bedak. Akhirnya gue belilah bedak tsb.

Berhubung gak punya spons.... alias spons yg pernah dibeli untuk nyokap entah di mana, akhirnya gue pakai cara orang dulu. Bedak ditotol-totol di wajah pakai jemari. Lalu bedak di wajah diratakan dengan tangan. Sambil Mama meratakan bedak yang cemong di wajahnya, ia gue berikan cermin kecil untuk melihat. Voilaaa... ternyata rapih juga hasil 'make-up' nya.

Lalu muncul ide iseng. Wajah gue, ikut ditotol-totol bedak. "Ma rapihin dong bedak di muka Me." Dan ia pun tak menolak meratakan bedak cemong di wajah, seperti masa waktu TK atau SD dulu. Ya ampyuuun bahagianyaaa tak terkiraaa ... bisa merasakan sapuan telapak tangannya di wajah gue...*emojilopelope

Seandainya rasa bisa direkam.... rasa wajah disentuh telapak tangan Mama yang begitu lembut seperti telapak bayi, saking sudah tidak banyak digunakan untuk aktivitas. Jika bisa direkam, mungkin gue bisa memproduksi berulang kali rasa bahagia ini.


******************


Malam abis Maghrib, Mama gue ajak main congklak. Sebuah cara untuk mengurangi waktu ia nonton tv. Di awal, aku merasa kemampuan (kognitif) Mama masih sangat baik saat main congklak. Tapi ternyata gue terlalu cepat menyimpulkan.

Setelah beberapa saat, mulai tampak penurunan daya berpikir nyokap. Ia beberapa kali salah memasukkan biji congklak. Bahkan memasukkan ke lubang yang sudah dikasih tanda batu, gak boleh dimasukkan biji congklak. Ia lupa 'nembak' saat bijinya mati langkah. Langkahnya dalam bermain pun lebih lambat. 

Biasanya kami main congklak dengan tertawa-tawa. Tapi kali ini gue stress....sedihhh ...melihat penurunan kognitif dan ketrampilan Mama bermain congklak .... *hiksbangettt





posted by mel at 21:30

wThursday, September 09, 2021


Sejak pertengahan Januari atau awal Februari tahun ini, Mama mengalami perubahan. Ia mulai bangun siang, sekitar jam 9. Biasanya jam 6.30 atau 7 WIB, sudah ngebel, minta dibawa ke kamar mandi.

Selain itu, ia mulai malas membaca buku. Ada saja alasannya, bukunya gak menarik, tulisannya terlalu kecil. Mungkin karena katarak di matanya, membuat ia makin susah membaca.

Dalam bulan Agustus, Mama sepertinya mulai menurun lagi. Demensianya meningkat. Apa yang baru dikatakan, dilihat, atau didengar, Ia lupa. Bicara semakin pelan, semakin sedikit kosakatanya. Bahkan nonton tv, sudah tak tahu lagi apa yang ditontonnya ... *hiks.

Tapi masih bersyukur, karena Mama masih bisa berkomunikasi dan merespon. Bahkan masih bisa cepat menjawab alias berdalih... hihihi... kalau dulu bikin sebel, kalau sekarang gue syukuri. Tanda otaknya masih bekerja.

Senin malam, seperti biasa, Mama melihat jam sebelum tidur. Waktu menunjukkan pk. 21.29. "Oh jam 1/2 9 ya?" "Eh bukan Ma... coba lihat lagi. Jam berapa itu?" Lama ia berpikir keras, berulang kali menatap jam kecil. Waduh sedih saya melihatnya. Menurun lagi kemampuan intelejensianya. 

Setelah beberapa saat akhirnya Mama bilang,"Jam 1/2 sepuluh ya?" 

"Iyaaa ...betuuulll...." 

Hari Selasa y.l (7/9/2021), saya pulang dari RS Budhi Asih. Hari itu tumir kaki kiri saya dibedah....tepatnya dibolongin....hiiiii takuttt liatnya. Karena kapalan yang sudah mengakar ke dalam kulit, kata dokter Atika Damayanti, yang mengoperasi gue.

Sore hari, Mama melihat kaki gue yang di perban. Ekspresi wajahnya tampak prihatin melihat kaki saya."Sakit ya?" Tatapannya kembali seperti tatapan seorang Ibu yang peduli dengan kondisi anaknya, beda dengan tatapan ia sehari-hari belakangan ini, yang seperti tatapan anak-anak atau orang tak berdaya.

Sedih sekaligus gembira melihat mimiknya. Rasanya seperti masih punya Ibu yang bisa jadi tumpuan tempat bersandar, Ibu yang masih bisa memerhatikan kesehatan dan kondisi kita. Rindu bisa merasakan punya Ibu seperti tahun-tahun sebelumnya  *IMissYouMom :(



posted by mel at 20:54

This page is powered by Blogger. Why isn't yours?